Senin, 12 November 2012

CERITA KEBO IWA

KEBO IWA            

                    
Musim  kemarau telah tiba. Paceklik melanda pulau Bali. Semua lumbung penduduk mulai kosong.Beras dan bahan makanan lainpun sukar di dapatkan. Penduduk desa mengkhawatirkan kedatangan  Kebo Iwa, raksasa yang tinggal di kampung mereka. Jika raksasa itu menyadari tak ada lagi makanan,tentu dia akan menjadi buas dan memakan manusia. Aku laparr!Mana makananku?”teriak Kebo Iwa suatu hari.
Penduduk tak bisa menyediakan makanan.Kebo Iwa benar -benar mengamuk. Dia memakan ternak dan mengejar – ngejar penduduk. Orang –orang malang yang tertangkap dimakannya bulat – bulat.Kebo Iwa uga menghancurkan rumah – rumah dan Pura, tempat peribadatan.
Melihat keganasan Kebo Iwa yang semakin mengkhawatirkan, kepala desa  mengumpulkan penduduk. “Saudara – saudara, kita harus mencari muslihat untuk menahan keganasan Kebo Iwa. Mustahil kita bisa mengalahkan raksasa itu hanya dengan kekuatan belaka,” kata kepala desa. “Bagai mana caranya?” Tanya seorang penduduk.
“Kita pura-pura membutuhkan tenaganya dan jika datang               kesempatan, kita bunuh dia!”jawab kepala desa. Penduduk menyetujui usul kepala desa. Kepala desa menunggu waktu yang baik untuk berbicara dengan Kebo Iwa.Hingga pada suatu hari kepala desa berbicara dengan Kebo Iwa.
“Sahabatku, Kebo Iwa.Kami membutuhkanmu. Apa bila engkau bersedia membantu kami membangun kembali pura-pura dan rumah yang hancur serta menggali sebuah sumur untuk keperluan warga desa yang membutuhkan air.Kami juga akan memberimu makan yang banyak. Kebo Iwa sangat gembira.
Keesokan harinya Kebo Iwa mulai bekerja. Beberapa rumah telah usai dibangun dan penduduk desa membantu mengumpulkan kapur. Kebo Iwa heran dengan penduduk yang terus mengumpulkan kapur begitu banyak. “Grrr…! Mengapa kalian mengumpulkan kapur begitu banyak? Tanya Kebo Iwa.
Kami bermaksud mendirikan sebuah rumah untukmu jawab seorang penduduk.Hati Kebo Iwa semakin senang. Setiap Siang Kebo Iwa beristirahat di dalam sumur tersebut.
Kepala Desa memberi tanda agar semua penduduk berkumpul dan melemparkan kapur kedalam sumur tersebut. Kebo Iwa tidak menyadari apa yang terjadi. Air bercampur dengan kapur telah menyumbat hidung Kebo Iwa.Air sumur semakin naik tinggi dan menenggelakan desa. Air sumur itu kelamaan membentuk sebuah danau yang disebut Danau Batur dan tumpukan kapur yang tinggi di sebut Gunung Batur                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar